Era Digital dan Meningkatnya Perilaku Individualis



Kemajuan teknologi di era digital telah membawa perubahan besar dalam cara manusia berinteraksi dan bersosialisasi. Teknologi mempermudah komunikasi jarak jauh, memperluas jaringan pertemanan, serta memfasilitasi kolaborasi tanpa batas geografis. Namun, di sisi lain, kemudahan ini sering kali membuat orang lebih fokus pada dunia digital dibandingkan berinteraksi secara langsung, sehingga memunculkan kecenderungan perilaku yang lebih individualis. Interaksi tatap muka yang mendalam mulai tergantikan oleh percakapan singkat di layar, dan kehadiran fisik sering kali tidak diiringi dengan keterlibatan mental yang penuh.


Sherry Turkle, profesor dari MIT, dalam bukunya Alone Together (2011) mengungkapkan bahwa meskipun teknologi menghubungkan orang secara virtual, interaksi yang dihasilkan sering kali dangkal dan bahkan memicu rasa kesepian. Fakta ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada komunikasi digital dapat mengikis kualitas hubungan interpersonal. Menurut saya, fenomena ini menciptakan paradoks: semakin banyak koneksi digital yang dimiliki seseorang, justru semakin besar kemungkinan ia merasa terisolasi secara emosional.


Penelitian oleh Hampton et al. (2011) dalam Information, Communication & Society menemukan bahwa penggunaan teknologi dapat memperluas jaringan sosial, tetapi tidak selalu memperkuat hubungan dekat. Meski jumlah koneksi meningkat, kedalaman interaksi tidak selalu terjaga. Dari pengamatan pribadi, saya melihat banyak orang yang lebih nyaman berbagi cerita di media sosial daripada bertatap muka, yang menandakan pergeseran ke arah perilaku individualistis.


Selain itu, studi Twenge et al. (2017) menunjukkan bahwa generasi yang tumbuh dengan smartphone mengalami penurunan keterlibatan sosial langsung dan peningkatan waktu sendirian. Hal ini berpotensi memperkuat sifat individualis karena interaksi digital tidak selalu memberikan kehangatan emosional yang sama seperti interaksi tatap muka. Saya berpendapat bahwa jika tren ini berlanjut tanpa keseimbangan, teknologi akan semakin mendorong isolasi sosial dan melemahkan rasa kebersamaan dalam masyarakat.


Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi berpotensi membuat manusia semakin individualis, terutama jika penggunaannya tidak diimbangi dengan interaksi langsung yang bermakna. Walaupun teknologi menawarkan kemudahan komunikasi dan memperluas jejaring sosial, kualitas hubungan manusia tetap bergantung pada empati, kehadiran fisik, dan kedekatan emosional yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh layar. Oleh karena itu, penggunaan teknologi secara bijak menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara konektivitas digital dan kehangatan hubungan sosial nyata.

Comments